Demo Kok Menyimpang, Lalu Mengatasnamakan RUU dan KPK

 Demo Menyimpang Mengatasnamakan RUU dan KPK


      RUU bermasalah menjadi tuntutan demo mahasiswa pada hari senin, 23 september 2019 kemarin. Demo yang di lakukan oleh aliansi mahasiswa yang berhakhir pada hari rabu dini hari berujung ricuh

      Bedasarkan sumber media online Kompas.com, hingga hari rabu, 25 september, 2019 dini hari, setidaknya 232 orang menjadi korban dari aksi demonstrasi yang berlangsung dari berbagai universitas yang ada di indonesia. Mulai dari Jakarta, Bandung hingga Sumatra. Bedasarkan wawancara detik news kepada Kapolri, Jendral Tito Karnavian menjelaskan soal demonstrasi yang berujung ricuh hingga dini hari ini mirip dengan pola kerusuhan 21 mei - 23 mei yang di mulai sore hari hingga dini hari

      "Kita lihat cukup sistematis, artinya ada pihak yang mengatur ini" ujar Tito.
Menurut Tito, perusuh ini memanfaatkan aksi mahasiswa yang awalnya menyampaikan dengan tertib, malah di buat alasan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk membuat kericuhan. Para perusuh ini di sebut Tito memiliki agenda tersendiri yang berbeda dari jadwal mahasiswa yang telah di tentukan


      " Molotov pun bukan mahasiswa yang membawa dan di tangkap.Bahkan, sebagian di antaranya bukan mahasiswa, bukan pelajar, rata-rata mereka yang ikut menjadi perusuh hingga dini hari adalah masyarakat umum, atau buruh serabutan yang mengaku ikut dan di bayar oleh oknum terkait untuk ikut dalam kerusuhan tersebut" ujar Tito.

(Sumber{https://m.detik.com/news/berita/d-4722890/kapolri-soal-demo-ricuh-di-dpr-mirip-21-mei-ada-massa-bayaran})

       Salah satu media swasta,Transmedia pun menjelaskan di dalam acra tayangannya . Seorang security atau seorang anggota kemanan sebuah kantor swasta yang mengaku ,ia di ajak dan akan di bayar melalui aplikasi mesengger atau whatsapp agar ikut dalam kerusuhan tersebut. Ia pun menjelaskan kembali bahwa selain di beri uang, beberapa teman perusuh lainya pun di pinjamkan sebuah baju pelajar untuk di pakai dalam kerusuhan tersebut

      Untuk beberapa kasus pun,bedasarkan penejelasan media sosial, Line Today pun menjelaskan bahwa ,ada beberapa di antaranya pun terkena penipuan atas dasar ajakan ikut berdemo dan rusuh dalam kejadian tersebut yang tak kunjung  di bayar oleh oknum yang mengajak bersangkutan.

      Dalam Wawancara dari sebuah acara tv swasta, Salah satu mahasiswa membantah atas kejadian lanjutan  tersebut. Ia menjelaskan bahawa kami dan semua mahasiswa dari universitas lainya sudah pulang ke rumah masing masing sesuai jadwal demo yang telah di tetapkan, bahakan tidak ada di antara kami yang menggunakan molotov atau benda berbahaya lainya untuk menyerang polisi. Tidak ada dari kami yang lajut demo hingga dini hari

      Tito Karnavian ,selaku jendral polisi pun membenarkan hal tersebut dalam penjelasan sebelumnya, dalam wawancara sebelumnya pun ia menghimbau agar masyarakat jangan mudah terbawa hoax dan isu - isu terkait, begitupun dengan ajakan demo yang tidak jelas yang faktanya pun hanya dapat manambah kekacauan yang sudah terjadi saat ini

      Dalam media swasta lainya, CNN Indonesia.com pun mejelaskan, Massa aksi mengaku dijanjikan bayaran uang jika ikut meramaikan unjuk rasa mengkritik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di depan Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, . 

      CNNIndonesia.com sempat berbincang dengan beberapa orang massa aksi, tetapi tak mau menyebutkan nama. Salah seorang perempuan massa aksi mengaku sebagai warga Cipinang, Jakarta Timur. Ia mengatakan diajak ikut demonstrasi oleh seseorang bernama Mbak Sri. Perempuan yang berusia sekitar 50 tahun itu bersedia ikut karena tak punya kesibukan. Ia pun terbujuk oleh tawaran uang dan makanan. "Ya itu dikasih uang sama snack (makanan ringan)," kata perempuan berkaos hitam. "Iya lima puluh (Rp50 ribu)," lanjut dia saat ditanyakan mengenai nominal yang ia peroleh dari aksi unjuk rasa. 

      Perempuan itu mengaku sudah diajak  demonstrasi di KPK sejak kemarin. Namun saat ditanya apakah ia tahu soal permasalahan revisi UU KPK dan pergantian pemimpin, ia mengaku tak tahu. "Enggak tahu apa-apa saya. Saya mah ikut meramaikan saja, diajak doang kan," ucapnya sembari tertawa malu.Ketika hendak ditanya lebih jauh, ia ditarik oleh perempuan koordinator lapangan. Sang perempuan mengonfirmasi bahwa orang yang menariknya itu adalah Mbak Sri.

      Massa aksi lainnya yang 
ditemui CNNIndonesia.com adalah para remaja. Mereka pun enggan mengungkap nama dan identitas detail. Salah seorang pemuda mengaku sebagai warga yang tinggal di sekitar Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Ia berkata sedang nongkrong bersama kawan-kawan saat diajak ikut unjuk rasa."Diajak teman. Diajak, 'Mau ikut enggak demo?'" tutur dia.
     
     Serupa dengan sumber sebelumnya, sang pemuda mengonfirmasi dijanjikan bayaran Rp50 ribu untuk ikut aksi selama sehari. Namun bayaran diberikan setelah aksi selesai. 
Hingga malam , ada ratusan massa aksi yang ikut demonstrasi mendukung revisi UU KPK. Namun dari jumlah itu, hanya puluhan yang masih berdiri dan ikut dalam orasi. Sementara itu, sebagian besar memilih duduk di pinggir sambil menghabiskan makan nasi kotak mereka.    


                                        (sumber{https://m.cnnindonesia.com/nasional/20190914230358-20-430568/massa-aksi-demo-mengaku-dibayar-dan-tak-paham-masalah-kpk})

       

       Bedasarkan Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan. Utusan Open Government Partnership sekaligus Kordinator Nasional Lembaga Publish What You Pay Indonesia Maryati Abdullah mengkhawatirkan fenomena pendemo pro revisi Undang-Undang KPK yang mengaku dibayar.Ia juga mengaku merasa sedih karena ada kelompok masyarakat ekonomi lemah yang diperlakukan seperti itu.

      Menurutnya, fenomena pendemo bayaran tersebut adalah pembodohan demokrasi sekaligus kemunduran demokrasi.Tidak hanya itu, ia juga melihat fenomena itu adalah potret ekonomi di Indonesia yang menunjukan ketimpangan sosial yang masih tinggi.Hal itu disampaikannya saat konferensi pers Aliansi Masyarakat untuk Keadilan Demokrasi (AMUKK) di Jakarta Pusat pada Minggu (15/9/2019)."Saya sedih kalau ada kelompok masyarakat yang dibegitukan".
    
      Artinya kan mereka butuh pendapatan. Butuh uang makan harian dan sebagainya dan itu adalah potret ekonomi kita yang timpang dan itu ada di sekitar Jakarta artinya di Ibu Kota. Itu fenomena yang menurut saya semacam pembodohan demokrasi. Orang demonstrasi tapi dibayar.Kemudian dia tidak paham substansinya dan itu benar-benar kemunduran," kata Maryati.Ia sendiri mengaku tidak tahu siapa yang ada dibalik para pendemo yang mengaku dibayar tersebut.Namun menurutnya, hal itu menjelaskan bahwa ketimpangan ekonomi dapat membuat kelompok-kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah akan percaya kepada uang dan kekuasaan."Dan dengan ekonomi yang timpang itu berbahaya, karena mereka akan percaya kepada uang, siapa yang bayar dan kedua kepada siapa yang punya power (kekuasaan). Power itu macam-macam bisa senjata, politik, dan sebaginya," kata Maryati.

       Menurutnya, dalam hal ini kualitas masyarakat dalam berpartisipasi dalam demokrasi menjadi tidak bebas karena masyarakat tidak punya pikiran orisinil, tidak dilindungi, dan berada di bawah pengaruh atau tekanan uang dan kekuasaan tersebut."Dan nanti bisa jadi saya juga khawatir hal-hal seperti itu menyebabkan masalah-masalah lain, konflik, politisasi agama. Kan itu sudah muncul dari adanya "kebodohan", informasi asimetrik, uang, dan sebagainya," kata Maryati.
Ia pun menilai fenomena tersebut adalah sebuah anomali dalam demokrasi karena kebebasan warga negara dan suara masyarakat jadi terhalangi karena bayarannya.
"Itu demokrasi yang tidak sehat. Itu tidak boleh. Kita khawatir ekonomi turun, orang-orang miskin dan pengangguran itu dimobilisasi untuk menciptakan chaos politic dan demokrasi. Tidak boleh," kata Maryati.

      Untuk itu menurutnya, para tokoh perlu menyatakan pendapatnya secara tegas terkait situasi tersebut."Jadi saya tidak berharap itu terjadi. Jadi memang kita membutuhkan tokoh-tokoh yang punya statement tegas. Pak Jokowi harus punya statement tegas”.Dari pantauan Tribunews.com, selain para remaja, sejumlah anak-anak juga ikut terlibat dalam aksi hari ini untuk mendukung revisi UU KPK usulan DPR, membubarkan wadah pegawai KPK, serta meminta segera melantik Komisioner KPK yang telah dipilih oleh DPR dan Meminta Presiden segera melantik Komisioner KPK RI 2019-2023.Padahal menurut Pasal 87 UU 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak-anak dilarang terlibat unjuk rasa.
(Sumber{https://m.tribunnews.com/nasional/2019/09/16/pendemo-di-kpk-mengaku-dibayar-warga-miskin-dikhawatirkan-dimanfaatkan-ciptakan-kekacauan-politik})


      Salah satu media massa pun mengungkapkan dalam hasil wawancaranya dengan seorang pengunjuk rasa berusia 15 tahun yang datang dari wilayah senen, Jakarta Pusat. Dia mengaku ikut aksi karena diajak teman dan ada bayaran. Namun, ia enggan mengungkapkan siapa yang membayarnya. 

       Pengakuan senada yang disampaikan oleh Fikri,pengujuk rasa berusia 16 yang juga berasal dari senen. Dalam aksi ini, Fikri bertugas memegang poster di barisan depan. 
Meski begitu, dia tak tahu pasti apa tuntutan dalam aksi tersebut. Sebab, ia juga mengaku ikut aksi karena dijanjikan bayaran. 
Selain dirinya, Fikri mengatakan ada sekitar 60 orang lain yang mengikuti aksi karena bayaran. Enggak tahu tuntutanya,yang penting di bayar 40 ribu,” ujarnya



(Sumber{https://katadata.co.id/berita/2019/09/07/suara-irit-pendemo-bayaran-bela-capim-kpk-demi-rp-40-ribu})



      Salah satu media massa pun,menegaskan kembali dari informasi yang di berikan kapolri bahwa Polda Metro Jaya menahan 649 orang usai demo di depan Gedung DPR/MPR.Polisi mensinyalir pelaku yang di tahan adalah massa bayaran

       Bahkan bedasarkan informasi yang dikutip  dari suara.com Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Budhi Herdi Susianto menjelaskan bahwa selain itu, ada seseorang nelayan yang turut dicockok. Meski tak membeberkan identitas nelayan tersebut, Bhudi menyebut jika soaok itu merupakan buronan posek Cilincing atas kasus dugaan penganiaya'an.
"Satu orang mengaku nelayan, dia mengaku dibayar juga ternyata. Dia DPO dari Polsek Cilincing kasus penganiayaan," katanya saat dikonfirmasi.

      Ia juga mengklaim sebagaian dari ratusan orang yang 
ditangkap itu sudah dipulangkan setelah dijemput keluarganya masing-masing. "Yang masih di Polres 59 plus beberapa orang yang kemarin diamankan. Sebagian besar sudah dijemput. Yang kemarin masih sisa 3 orang," katanya. 

       Sebelumnya, Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Praseyo menyebut, polisi telah meringkus puluhan orang yang kepadatan menyamar sebagai pelajar SMK/STM saat terjadi kerusuhan.
Menurutnya, ada sebanyak 36 penyusup yang dibayar sebesar Rp 40 ribu untuk memperkeruh situasi saat mahasiswa dan pelajar bergerak ke DPR RI untuk berujuk rasa. Kelompok perusuh itu dibekuk di kawasan Jakarta Utara"Anak-anak tersebut isi tatoan semuanya dan mereka dibayar bervariasi antara 20-40 ribu dan sudah disipakan juga bom molotov yang dipersiapkan oleh mereka dalam rangka memang menciptakan demo yang damai itu menjadi demo yang rusuh," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, siang tadi.


(Sumber{https://m.suara.com/news/2019/10/01/155326/nelayan-pendemo-bayaran-dpr-ikut-dibekuk-ternyata-buronan-polsek-cilincing}) 

     

       Dalam sebuah investigasi yang dilakukan oleh salah satu seorang jurnalis Suara.Com menjelaskan dalam sebuah percakapan "saya agak ragu nomor telepon seluler yang diberikan itu bisa dihubungi. Tapi keragu-raguan itu akhirnya hilang, setelah seorang lelaki berkata “Halo, siapa ini?” di ujung sambungan telepon”. Lelaki itu berinisial AK atau sebut saja Bung Rey, koordinator massa demonstran bayaran.”Siang, benar ini Bung Rey?”,  kata saya, dan dia langsung menjawab “Ya, betul”.Saya sengaja tak membeberkan jati diri karena persoalan keselamatan. Karenanya, untuk keperluan investigasi yang mengandung kepentingan publik, sesuai etiket jurnalistik, saya melakukan penyamaran.
          Ini adalah langkah terakhir saya untuk mencoba menguak praktik pendemo bayaran yang menyasar KPK, setelah banyak narasumber tak bersedia memberikan keterangan.Seusai 6 menit 23 detik berbincang dengan Bung Rey via telepon, saya tergugah mencari tahu rekam jejaknya lewat mesin peramban Google, seperti yang disarankannya.Bung Rey memang bukanlah orang sembarang. Berdasar informasi via Google, dia kerap terlibat dalam berbagai aksi demonstrasi.

(Sumber{https://m.suara.com/news/2019/09/24/071500/hujan-duit-pendemo-kpk-menguak-bisnis-massa-bayaran})


         Memang pada faktanya dari berbagai media yang ada ,menjelaskan dari apa yang terjadi atau realita yang ada,pasti sudah di kaji dengan baik dan aktual. Di karenakan kita dapat melihatnya dari kesamaan kondisi yang terjadi pada kerusuhan tersebut benar adanya terjadi. Singkatanya, dari berbagai media sosial yang telah mengkaji informasi tersebut banyak yang membenarkan bahwa kerusuhan demo yang sistematis tersebut telah di kordinir oleh suatu pihak atau oknum yang tidak bertanggung jawab. Dalam wawancara pun Jendral Kapolri Tito Karnavian membenarkan  atas informasi media tersebut. Memang tak dapat pungkiri bahwa seseorang telah menjadikan demo yang dimulai tertib oleh mahasiswa, menjadi rusuh oleh oknum yang tidak bertanggung  jawab untuk memanfaatkan kejadian tersebut untuk kepentingan suatu pihak. Baik untuk kepentingan pribadi atau pun suatu kelompok masayarakat tertentu

      Sudah sepatutnya kita kita sebagai warga negara yang baik harus memahami bagaimana  tata cara menyikapi suatu peristiwa atau kejadian,baik atau buruk dengan bijak,bahkan jika kita sebagai geneasi penerus bangsa harus lebih cerdas dalam bertindak serta bijak dalam menyikapi kasus seperti ini agar tidak terulang kembali

      Menurut saya pribadi sebagai penulis, kecewa dan menyayangkan atas kejadian tersebut. Jangan buat alasan untuk kepentingan pribadi atau pun politik yang menjadikan rakayat kecil sebagai bidak catur untuk mengambil alih sesuatu ,baik itu secara finasial maupun kekusaan dan yang lainya hanya untuk kepentingan pribadi

      Alangkah baiknya jika kita diam jika kita tak tahu atau mengkaji informasi lebih dalam melalui media massa . Oleh karena itu, cerdas dalam memilih dan menerima informasi pun perlu di pikirkan sebelum mengajak atau pun menyebar luaskan berita atau masalah terkait yang di maksud. Bijak dalam membaca dan memahami tuk menentukan nasib bangsa. Saya Alfin Pajrianur Septian memgucapkan terima kasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Live Report

Buku Anak Inggris Kelompok 2 PBLL For Shipping Business

Kerangka Karangan