Cerpen Jika Di Ujung Tata Surya "Pemimpin Yang Bijak"

 

Jika Di Ujung Tata Surya 

"Pemimpin Yang Bijak"
   
Suatu hari, hiduplah seorang Petani di sebuah desa terpencil. Dia hanya tinggal berdua bersama seekor ayam jantan peliharaan satu satunya, ia tidak mengerti mengapa, kenapa, dan bagaimana hasil panen perkebunan miliknya selalu hilang ketika hari panen tiba. Dia berpikir hewan peliharaanya lah yang menghabiskan hampir seperempat hasil panen nya. Ia tidak mengerti dan masih berusaha memahami siapa pelaku sebenarnya. Tanaman yang dimiliki di perkebunanya tersebut merupakan tanaman yang di perintahkan raja Alfajar yang sebagian seperempatnya diberikan kepada pihak kerajaan untuk memenuhi banyak kebutuhan pangan rakyat di keraja'anya. Hal tersebut juga dilakukan sebagai pajak sukarela atau memberikan bantuan tidak wajib oleh siapapun dalam membantu meningkatkan kualitas dan kestabilan pangan di seluruh kerajaan. Di kerajaan tersebut, Raja Alfajar adalah sosok yang sangat di hormati di mata rakyatnya. Ia sangat bijak dalam banyak hal. Termasuk dalam hal bercocok tanam

Tapi, pada suatu hari terjadi suatu masalah, salah satu Petani Sayuran sangat kebingungan dengan apa yang terjadi di perkebunanya. Pertamakalinya tanaman yang ia tanam di perkebunanya hilang begitu saja. Ia sangat sedih dan kawatir dengan hal yang menimpanya tersebut. Karena ia adalah seseorang yang sangat patuh terhadap perintah rajanya. " Bagaimana ini, raja pasti akan sangat marah" ujar petani tersebut. Hari itu pun tiba, ketika penawal kerajaan datang untuk meminta sebagian hasil panen tersebut sang petani hanya bisa pasrah dan berkata "maaf tuan, maaf sekali, hasil panen tahun ini tidak seperti sebelumnya,saya jujur, sangat juga sangat bingung dan heran dengan kejadian ini tuan. Ada sesuatu yang mengganjal. Saya pikir ayam sayalah yang bersalah ," ujar petani tersebut dengan sambil menunjuk kepada hewan peliharaanya tersebut. Kebetulan saat itu juga sang raja yang bijaksana , raja Alfajar ada di samping pengawal kerjaan. Ia pun menghampiri petani tersebut dan terlihat berusaha memahami apa yang sedang terjadi.

"Tidak apa apa tuan, melihat apa yang terjadi jujur adalah kunci dari segala syarat kehidupan yang makmur, tapi lain kali lihat dan pahami lebih jauh apa penyebab dari segala jenis perkara, jangan kamu jadikan kambing hitam seseorang di sekitar anda tuan" ujar sang raja. Sang petani hanya mengangguk tampa bisa memahami nasihat sang raja berikan " Hal ini bisa terulang kembali jika tidak dicari penyebab kecil tersebut di pahami dan dilakukan" ujar kembali kepada sang petani oleh sang raja.

Sang raja pun perlahan pergi meninggalkan tempat petani tersebut. tahun tahun berikutnya sang petani pun memulai kembali kegiatan bercocok tanam tersebut. namun masih sama seperti tahun sebelumnya. Ia tidak menghiraukan nasihat sang raja mengenai mencari penyebab kejadian tersebut. Menjelang tiga hari sebelum panen kejadian hilangya hasil panen tersebut, terutama timun timun yang hilang menjelang waktu panen tiba.

Untuk yang kedua kalinya kejadian tersebut terluang kembali. Bagaimana tidak, ia menganggap kejadian sebelunya hanya kebetulan saja. Ia berfikir bahwa sebelumnya ia tidak beruntung. dan untuk keduakalinya pula beberapa tanaman mentimun yang ia tanam habis seperempatnya. " Bagaimana ini bisa terjadi, ku kira hanya kebetulan saja kejadian waktu itu terjadi" ujar sang Petani. Pengawal kerajaan yang mewakili untuk mengambil pajak sukarela itu pun bertanya tanya, apa yang sebenarnya terjadi kepada sang Petani. Bagaimana pun juga sang Petani tidak tahu menahu apa yang terjadi dengan kebunnya. Maka di situlah timbul rasa curiga kepada sang Petani oleh para Pengawal Kerajaan bahwa ada yang di sembunyi sembunykan oleh sang petani. Sang raja yang kebetulan sedang melihat lihat sambil berjalan jalan kecil di samping kebun sang Petani mengingatkan kembali agar tidak saling mencurigai sesama , dan mengingatkan kembali kepada petani agar sang Petani mencari sumber penyebab dari kerusakan hasil panen tersebut terjadi.ia tidak memahami begitu jauh apa yang di maksud dalam nasihat raja Alfajar tersebut. Yang berusaha ia pahami hanya bagaimana agar ia lebih beruntung di panen berikutnya tampa memikirkan cara atau solusi yang di maksudkan sang raja.

Akhirnya untuk ketiga kalinya kejadian tersebut terulang kembali. Sang petani kebingungan menanggapi hal tersebut. Ketika pengawal kerajaan datang ia pun hanya bisa tersenyum miris terhadap hasil panen nya " Ya, walaupun raja sudah memerintahkan semua ini hanya pajak sukarela, bukan berati anda bebas memberi hasil yang sudah terpotong seperti ini, jujur saja anda, anda menyembunyikan hasil terbaik di rumah kamu kan!? Jujur saja kamu ! Hahahaha" ujar salah satu pegawai kerajaan sambil tertawa terheran heran terhadap petani tersebut.

"Sudah, Cukup!, tidakah kita saya dan semua yang ada di kerajaan ini melakukan tugas sukarela ini untuk membantu sesama!?. Bukan kan kita saling mematuhi aturan yang ada untuk membentuk sesama!?, siapapun perlu tahu saya sebagai raja, pegawai kerajaan disini, hari ini dan sampai kapanpun hanya bertugas sebagai pelayan rakyat, bangsa kita untuk keselarasan dan masa depan penerus kita!, kita harus sadar ! Siapa sebenarnya diri kita" balas sang raja seketika menyela pembicaraan antara salah satu pengawal kerajaan dan petani tersebut. bagaima tidak, hari yang seharusnya dijadikan sebagai hari perayaan pergantian tahun hitungan massa  atau waktu pada zaman itu di warnai keributan oleh salah satu Pegawai Istana kepada sang petani tersebut, bahkan nyaris saja perkelahian pecah di tengah tengah acara itu sedang ramai ramainya pengunjung yang mayoritas dari beberapa bagian  selatan

"Dan, untuk anda tuan, saya sangat menghormati kegigihan anda. Coba lah sekali lagi mencari penyebab masalah panen ini. Kebetulan saya berjalan jalan di sekitar sini dan melihat beberapa kemungkinan yang mungkin bisa menjadi referensi mencari penyebab rusaknya hasil panen tiga tahun belakangan ini" ujar raja Alfajar kepada sang Petani. Akhirnya sang petani pun perlahan mulai mau memahami nasihat sang raja. Di tahun berikutnya ia bersama sang raja, bersama sama mencari penyebab masalah rusaknya panen timun tersebut. Dengan di bantu beberapa pengawalnya ia di bantu memasangkan beberapa kain jala ikan yang di desain untuk di kaitkan ujung sebuah bambu sedikit besar pada sebuah pohon sehingga tergantung, lalu ia tutup dengan beberapa helai daun yang kering di atas tali yang dililit melingkar pada sebuah kayu kecil yang tertancap di tanah.

Perangkap tersebut sang raja letakan pada beberapa tempatnya yang ia duga sebagai tempat penyebab timun timun tersebut menghilang. Benar saja, menjelang tiga hari sebelum panen, banyak sekali kancil atau bisa disebut dalam bahasa ilmiah tragulus tersebut terjerat dalam beberapa perangkap yang ia buat, "Mengingat kembali kejadian ini, kita sebagai manusia seharusnya memahami pentingnya kejujuran dan usaha adalah sebagai satu keterkaitan yang saling berhubungan kuat. Usaha yang baik pasti selalu di ikuti dengan kejujuran dalam diri dan juga akan menghasilkan sesuatu yang baik juga" ujar sang raja memberikan nasihat kepada rakyatnya yang kebetulan banyak berkumpul menyaksikan proses pelepasan hewan liar tersebut ketempat seharunya. Akhirnya penerapan penggunaan perangkap alami tersebut digunakan kita hingga sekarang. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Live Report

Buku Anak Inggris Kelompok 2 PBLL For Shipping Business

Kerangka Karangan